SELAMAT DATANG DI DUNIA ARSITEKTUR

Senin, 27 Desember 2010

Tips Cara Hemat Listrik PLN Menghemat Energi, Air PAM & Sumur Menjaga Kelestarian Lingkungan

Menghemat listrik adalah suatu kegiatan yang dapat membuat konsumsi energi listrik menjadi berkurang dengan berbagai cara. Selain listrik, kita perlu juga berhemat air yang kita dapat dengan cara membayar (PAM) maupun yang kita raih dengan cara gratis (sumur bor).
Dampak dari pemborosan energi listrik, air dan sumber daya lainnya umumnya bersifat negatif serta akan memberikan kerugian bagi kita semua di masa yang akan datang. Listrik yang terbatas sebagian dibangkitkan dari PLTU atau pembangkit listrik tenaga uap dan pembangkit listrik lainnya yang menimbulkan polusi bagi lingkungan hidup.
Air bawah tanah yang secara beramai-ramai dan tidak terkendali kita sedot dapat habis. Menurunnya debit air tanah mampu mempercepat intrusi air laut ke darat serta dapat menurunkan atau merembeskan tanah ke bawah sehingga lama kelamaan akan tenggelam oleh air laut.
Melihat dari dampak yang ditimbulkan dari penggunaan listrik dan air yang berlebih, maka ada baiknya kita melakukan beberapa hal di bawah ini untuk membantu menjaga kelestarian alam dari kerusakan yang serius.
A. Tips Hemat Listrik PLN
1. Matikan lampu jika kita tidak menggunakannya.
2. Gunakan lampu hemat energi yang terang (bukan bohlam lampu pijar)
3. Cabut steker listrik barang elektronik yang tidak kita gunakan. Bisa juga menggunakan stop kontak untuk mematikannya.
4. Gunakan alat penghemat listrik yang bagus.
5. Matikan lampu, tv, radio, dll saat tidur.
6. Pilih barang elektronik yang hemat listrik.
7. Ajari anak dan keluarga untuk hemat energi listrik.
8. Cabut charger ponsel saat indikator energi hp sudah penuh.
9. Gunakan energi gas lpg untuk memasak.
10. Gunakan energi matahari untuk memanaskan air, dll.
B. Tips Hemat Air PAM
1. Gunakan toilet yang bisa mengatur besar kecil pengeluaran air.
2. Cuci kendaraan seperti mobil dan motor di tempat cuci yang menggunakan air pam atau air bawah tanah yang membayar pajak.
3. Mandi dengan pancuran air.
4. Memakai mesin cuci pakaian otomatis yang hemat air.
5. Minum dari air kemasan yang higienis.
6. Mengawasi jalur pipa air jangan sampai bocor.
7. Menggunakan air bekas mandi dan cuci untuk menyiram tanaman di pagi dan sore hari (gunakan sabun yang ramah lingkungan).
8. Matikan keran air ketika sedang sabunan, mencuci piring, dsb.
9. Buat sumur resapan air pada tempat tinggal kita untuk mengganti air yang kita konsumsi.
10. Tidak membuang-buang air seenaknya.
Semoga tagihan listrik anda berkurang di bulan berikutnya

Kamis, 23 Desember 2010

Rumah yang Ekologis

Sudah saatnya sebuah rumah berkesinambungan dengan lingkungannya. Agar itu tercipta, banyak hal mesti dilakukan. Tujuannya, untuk menurunkan dampak negatif pada rumah dan lingkungannya.
Rumah Ekologis
EKOLOGI merupakan ilmu yang mempelajari tentang lingkungan. Kini “ekologi” tidak hanya sekedar ilmu lingkungan, tetapi juga berkembang menjadi ilmu yang mempelajari hubungan sebab-akibat antara manusia dengan lingkungannya. Interaksi keduanya membuat siklus kehidupan yang saling berdampingan dan berkesinambungan.
Dewasa ini, interaksi antara manusia dengan lingkungannya kembali digulirkan. Sayangnya yang didengung-dengungkan itu menyangkut hal negatif akibat ulah manusia terhadap lingkungannya. Salah satu isu yang sedang hangat adalah isu pemanasan global atau peningkatan suhu bumi. Ini sebagai akibat dari terperangkapnya gas CO2 di permukaan bumi.
Proses yang biasa disebut dengan efek rumah kaca (green house effect) ini lantas dihubung-hubungkan dengan perubahan iklim yang menjurus ke hal ekstrem, yakni bencana alam, meningkatnya tinggi muka air laut, udara yang semakin panas, kelangkaan sumber air dan makanan, sampai timbulnya berbagai ancaman penyakit. Tentang efek negatif itu, yang disalahkan lagi-lagi manusia penghuni bumi.

Bagaimana hal itu terjadi? Dalam membangun komunitas dan lingkungan, manusia sering melakukan pembangunan yang tidak memperhatikan lingkungannya. Kebutuhan akan tempat tinggal berefek menggerus lahan-lahan hijau yang semula untuk resapan air atau sumber udara sehat. Gaya hidup modern berdampak pada pengerukan sumber daya alam hingga batas yang sulit terkontrol. Ini semua berpotensi merusak lingkungan, sehingga menghasilkan efek-efek negarif seperti di atas.
Skema Rumah Ekologis
Kini sudah saatnya kita peduli pada lingkungan. Rumah tempat kita tinggal adalah bagian dari lingkungan yang seharusnya kita lestarikan. Salah satu langkah untuk pelestarian lingkungan itu adalah membangun bangunan -dalam hal ini rumah- berkonsep ekologis. Rumah yang demikian ini pada dasarnya memperhatikan sumber daya alam sebagai kesatuan dari lingkungan yang akan dibentuk.
Istilah Green Design, Sustainable Design, Ecological Desig

Rabu, 22 Desember 2010

Suasana Alam Dapat Diciptakan di Dalam Ruang

oleh: iyat
Foto: Dok. Relax Reflexi/ Martin Saerang
Ciptakan suasana di dalam rumah bernuansa alami dan sejuk. Caranya gampang, tempatkan sejumlah tanaman dalam pot.
Keindahan tanaman dapat saja dinikmat di dalam ruang. Salah satu cara menghadirkannya adalah dengan menempatkan tanaman pot dalam ruangan. Apapun gaya penataannya, tanaman akan membuat ruangan lebih alami. Meski begitu, kita patut mencermati jenis-jenis tanaman yang dapat ditempatkan di dalam ruang.
Syarat utama menempatkan tanaman di dalam ruang adalah: pilih tanaman yang tidak berpotensi mencederai atau meracuni. Untuk itu hindari menempatkan tanaman berduri atau tanaman yang mengeluarkan bau/gas/getah beracun jika berada di ruang tertutup. Selain itu, juga pilihlah tanaman yang dapat hidup agak lama tanpa terkena sinar matahari langsung. Dengan begitu, Anda tak perlu mengeluarkan tanaman setiap hari agar ia memperoleh sinar matahari.
Hal lain yang juga patut diperhatikan adalah lokasi penempatan tanaman. Jika mungkin, tempatkan tanaman pada sudut ruang dekat jendela. Dengan begitu, tanaman dapat memperoleh sinar matahari tak langsung, sehingga proses fotosintesa tetap dapat berlangsung. Langkah ini juga dapat memperpanjang usia keberadaan tanaman di dalam ruangan.
Menempatkan tanaman di dalam ruangan juga dapat berfungsi untuk menambah jumlah oksigen dan menekan jumlah polutan pada udara. Untuk itu dapat ditempatkan tanaman dari jenis Spathiphyllum , Sansevieria, dan beberapa jenis pohon. Anda bisa menempatkan tanaman-tanaman ini untuk mengurangi racun dari asap rokok, jika kebetulan ada anggota keluarga yang merokok.
Untuk membuat ruang jadi sejuk, jangan takut menempatkan tanaman dalam jumlah lebih banyak. Mungkin sebagian dari Anda pernah mendengar soal bahaya menempatkan tanaman pot, di dalam rumah, khususnya pada malam hari. Berebut oksigen antara manusia dan tanaman, menjadi alasannya. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Tanaman sama seperti manusia, selalu bernafas, menghirup oksigen dan melepaskan karbon dioksida. Tapi jumlah oksigen di udara masih jauh lebih banyak, daripada yang dibutuhkan oleh kita maupun tanaman, untuk bernafas. Jadi, gak perlu khawatir kehabisan oksigen karena berebut dengan tanaman. Terlebih lagi, hingga kini belum ada berita tentang kematian penghuni rumah akibat berebut udara dengan tanaman di dalam ruangan.
Nah, begitu kira-kira. Sama sekali gak ada ruginya, kan, menempatkan tanaman pot, di dalam ruangan? Rumah cantik, nyaman, dan sehat. Setuju?

PEMANFAATAN SAMPAH

PEMANFAATAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA MENGURANGI PEMANASAN GLOBAL


Istilah sampah pasti sudah tidak asing lagi ditelinga. Jika mendengar istilah sampah, pasti yang terlintas dalam benak adalah setumpuk limbah yang menimbulkan aroma bau busuk yang sangat menyengat. Sampah diartikan sebagai material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah adalah zat kimia, energi atau makhluk hidup yang tidak mempunyai nilai guna dan cenderung merusak. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak (wikipedia).

Sampah dapat berada pada setiap fase materi yitu fase padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yaitu cair dan gas, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Bila sampah masuk ke dalam lingkungan (ke air, ke udara dan ke tanah) maka kualitas lingkungan akan menurun. Peristiwa masuknya sampah ke lingkungan inilah yang dikenal sebagai peristiwa pencemaran lingkungan (Pasymi).
Berdasarkan sumbernya sampah terbagi menjadi sampah alam, sampah manusia, sampah konsumsi, sampah nuklir, sampah industri, dan sampah pertambangan. Sedangkan berdasarkan sifatnya sampah dibagi menjadi dua yaitu 1) sampah organik atau sampah yang dapat diurai (degradable) contohnya daun-daunan, sayuran, sampah dapur dll, 2) sampah anorganik atau sampah yang tidak terurai (undegradable) contohnya plastik, botol, kaleng dll.
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri, misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. Laju pengurangan sampah lebih kecil dari pada laju produksinya. Hal ini lah yang menyebabkan sampah semakin menumpuk di setiap penjuru kota.
Besarnya timbunan sampah yang tidak dapat ditangani tersebut akan menyebabkan berbagai permasalahan baik langsung maupun tidak langsung bagi penduduk kota apalagi daerah di sekitar tempat penumumpukan. Dampak langsung dari penanganan sampah yang kurang bijaksana diantaranya adalah berbagai penyakit menular maupun penyakit kulit serta gangguan pernafasan, sedangkan dampak tidak langsungnya diantaranya adalah bahaya banjir yang disebabkan oleh terhambatnya arus air di sungai karena terhalang timbunan sampah yang dibuang ke sungai.
Selain penumpukan di tempat pembuangan sementra (TPS), sampah pun akan semakin meningkat jumlah nya di tempat pembuangan akhir (TPA). Dengan semakin bertumpuknya sampah di TPA-TPA, akan lebih berpeluang menimbulkan bencana seperti yang terjadi di salah satu TPA yang ada di Bandung beberapa tahun lalu. Bencana longsong yang terjadi di TPA tersebut terjadi karena adanya akumulasi panas dalam tumpukan sampah yang pada akhirnya menimbulkan ledakan yang sangat hebat. Karena ledakan inilah maka sampah-sampah tersebut longsor dan menimbun puluhan rumah serta pemiliknya. Tak kurang dari 100 orang meninggal karena peristiwa ini. Dari kejadian tersebut kita harus berfikir keras bagaimana agar bencana serupa tidak trjadi di TPA-TPA yang lainnya.
Selain dampak yang telah disebutkan tadi, secara tidak langsung sampah yang menumpuk akan berpengaruh pada perubahan iklim akibat adanya kenaikan temperatur bumi atau yang lebih dikenal dengan istilah pemanasan global. Seperti yang telah kita ketahui bahwa pemanasan global terjadi akibat adanya peningkatan gas-gas rumah kaca seperti uap air, karbondioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitrooksida (N2O). Dari tumpukan sampah ini akan dihasilkan ber ton-ton gas karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Gas metana (CH4) dapat dirubah menjadi sumber energi yang akhirnya bisa bermanfaat bagi manusia. Sedangkan untuk gas karbondioksida (CO2), sampai saat ini belum ada pemanfaatan yang signifikan.
Akan tetapi proses perubahan gas metana (CH4) menjadi energi tetap saja menghadapi kendala diantaranya adalah kurangnya prospek dari segi ekonomi, yang akhirnya membuat perkembangannya masih tetap jalan ditempat dan entah kapan akan maju. Akibatnya gas metana (CH4) yang dihasilkan dari tumpukan sampah hanya dapat dibiarkan saja mengapung keudara tanpa bisa dimanfaatkan.
Gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan di TPA-TPA pun tidak hanya berasal dari penumpukan sampah-sampah saja. Tetapi berasala juga dari pembakaran-pembakaran sampah plastik yang di lakukan oleh pemulung. Para pemulung ini membakar sampah plastik untuk lebih memudahkan dalam memilih sampah-sampah yang tidak bisa dibakar seperti besi. Padahal dengan pembakaran ini akan sangat merugikan terutama bagi kesehatan masyarakat disekitar tempat pembakaran. Besarnya gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari pembakaran tentu saja akan semakin meningkatkan temperatur di permukaan bumi ini. selain itu abu dari sisa pembakaran sampah akan menimbulkan gangguan pernafasan pada masyarakat sekitar.
Menurut Sumaiku selain menghasilkan gas karbondioksida (CO2) dalam jumlah besar, pembakaran sampah akan menghasilkan senyawa yang disebut dioksin. Dioksin adalah istilah yang umum dipakai untuk salah satu keluarga bahan kimia beracun yang mempunyai struktur kimia yang mirip serta mekanisma peracunan yang sama. Keluarga bahan kimia beracun ini termasuk (a) Tujuh Polychlorinated Dibenzo Dioxins (PCDD); (b) Duabelas Polychlorinated Dibenzo Furans (PCDF); dan (c) Duabelas Polychlorinated Biphenyls (PCB). Racun udara dioksin akan berbahaya pada gangguan fungsi daya tahan tubuh, kanker, perubahan hormon, dan pertumbuhan yang abnormal. Dengan demikian pengurangan sampah dengan pembakaran lebih baik dihindari
Ada beberapa cara pengurangan sampah yang lebih baik dari pembakaran yaitu seperti yang diterangkan dalam web wahli. Ada empat prinsip yang dapat digunakan dalam menangani maslah sampah ini. Ke empat prinsip tersebut lebih dikenal dengan nama 4R yang meliputi:
1. Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
2. Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
3. Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
4. Replace (Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.
Sedangkan menurut Syahputra pola yang dapat dipakai dalam penanggulangan sampah meliputi Reduce, Reuse, dan Recycle, dan Composting (3RC) yang merupakan dasar dari penanganan sampah secara terpadu. Reduce (mengurangi sampah) atau disebut juga precycling merupakan langkah pertama untuk mencegah penimbunan sampah.
Reuse (menggunakan kembali) berarti menghemat dan mengurangi sampah dengan cara menggunakan kembali barang-barang yang telah dipakai. Apa saja barang yang masih bisa digunakan, seperti kertas-kertas berwarna-warni dari majalah bekas dapat dimanfaatkan untuk bungkus kado yang menarik. Menggunakan kembali barang bekas adalah wujud cinta lingkungan, bukan berarti menghina.
Recycle (mendaur ulang) juga sering disebut mendapatkan kembali sumberdaya (resource recovery), khususnya untuk sumberdaya alami. Mendaur ulang diartikan mengubah sampah menjadi produk baru, khususnya untuk barang-barang yang tidak dapat digunakan dalam waktu yang cukup lama, misalnya kertas, alumunium, gelas dan plastik. Langkah utama dari mendaur ulang ialah memisahkar sampah yang sejenis dalam satu kelompok.
Composting merupakan proses pembusukan secara alami dari materi organik, misalnya daun, limbah pertanian (sisa panen), sisa makanan dan lain-lain. Pembusukan itu menghasilkan materi yang kaya unsur hara, antara lain nitrogen, fosfor dan kalium yang disebut kompos atau humus yang baik untuk pupuk tanaman. Di Jakarta, pembuatan kompos dilakukan dengan menggunakan sampah organik
Tentunya cari ini akan lebih baik digunakan dari pada dengan cara pembakaran. Karena selain mengurangi efek pemanasan global dengan mengurangi volume gas karbondioksida (CO2 ) yang dihasilkan, cara ini tidak mempunyai efek samping baik bagi masyarakat ataupun lingkungan. Seperti kata pepatah pencegahan penyakit akan lebih baik dari pada mengobatinya. Kata bijak ini juga bisa digunakan dalam strategi penanganan sampah yakni mencegah terbentuknya sampah lebih baik dari pada mengolah/memusnakan sampah. Karena bagaimanapun mengolah/ memusnahkan sampah pasti akan menghasilkan jenis sampah baru yang mungkin saja lebih berbahaya dari sampah yang dimusnakan. Jadi mari mulai sekarang kita bebenah diri untuk mengurangi hal-hal yang bisa...semoga bermanfaat

Selasa, 21 Desember 2010

HIJAU & SEJUKNYA HUNIAN KITA (1)

Pemanasan Global merupakan terror yang lebih berbahaya dari terror penyalahgunaan nuklir sekalipun. Rumah bergaya tropis merasa terpanggil untuk memberikan wacana kepada pembaca untuk menciptakan langkah pencegahan dengan cara mengedepankan penghijauan, yang dimulai dari lingkungan terdekat kita, yaitu Rumah Tinggal kita.Telah disarankan Pemerintah, untuk mencegah polusi udara yang menimpa rumah kita dengan tanaman indoor seperti tanaman hias ataupun tanaman penyejuk lainnya. Namun usaha itu agak percuma kalau hanya ruangan di dalam rumah sudah dibuat sejuk serta bersih, sedangkan halaman luarnya masih sangat terasa pencemaran udaranya.Telah disarankan Pemerintah, untuk mencegah polusi udara yang menimpa rumah kita dengan tanaman indoor seperti tanaman hias ataupun tanaman penyejuk lainnya. Namun usaha itu agak percuma kalau hanya ruangan di dalam rumah sudah dibuat sejuk serta bersih, sedangkan halaman luarnya masih sangat terasa pencemaran udaranya. Halaman rumah kita sebaiknya juga ditanami jenis-jenis tanaman yang mampu menyerap gas-gas pencemar udara NO dan CO buangan kendaraan bermotor atau sumber polusi lainnya. Tidak hanya rumah di pinggir jalan besar yang menderita semburan gas buangan knalpot, tapi juga rumah-rumah yang masuk perkampungan, di tepi jalan kompleks perumahan, dan jalan lingkungan desa kita.
Menurut penelitian, ada beberapa jenis tanaman yang mampu berfungsi optimal meredam tingkat pencemaran dan mampu mengikat dan atau menyerap gas racun yang terkandung di NO dan CO. Yang pertama, yaitu tanaman yang bentuk ukurannya lumayan besar, misalnya pohon mahoni, pohon beringin, dan pohon kenari. Yang kedua, yaitu tanaman yang berukuran sedang dan secara estetika dapat menjadikan sebuah daya tarik sekaligus mempercantik lingkungan, misalnya jenis perdu hias (puring, kembang sepatu, soka, palem) dan terna hias. Keberadaan mereka di rumah kita, selain sebagai penghijau lingkungan hunian, bisa juga sebagai pagar hijau pembatas antara halaman rumah dengan jalan lingkungan rumah kita. Adapun jenis terna hias, misalnya tanaman sri rejeki dan bambu air sangat berperan mengurangi kadar polusi NO di rumah kita. Kalau mereka ditanam secara lebih rapat, sehingga menjadi rimbun, akan lebih baik ditanam di halaman dekat jendela dan pintu rumah, jenis tanaman ini berfungsi maksimal sebagai penyaring udara luar yang akan bertukar dengan udara lembab dan pengap dari dalam ruangan atau kamar kita.
Beberapa cara tentang pengaturan sebaran tanaman di halaman rumah kita yang memperhatikan fungsi dan kegunaannya, dapat diatur sebagai berikut :
Sebagai pagar hijau. Berfungsi layaknya pagar pembatas antara jalan raya/lingkungan dengan rumah tinggal kita. Jenis tanaman yang digunakan adalah puring, cemara, kembang sepatu, bamboo air, pohon soka, ekor tupai). Tanaman ini merupakan tameng pertama dari polusi yang dihasilkan dari luar halaman rumah tinggal kita.
Sebagai payung pelindung. Berfungsi sebagai penangkal panas terik matahari langsung dan penghasil kondisi teduh halaman rumah kita. Jenis tanaman atau pohon yang digunakan ; palem kuning, ketepeng, palem, kere paying, atau kelapa sawit.
Sebagai pemanis dan penyejuk. Berfungsi sebagai tanaman yang mempercantik lingkungan hunian kita. Bisa dipilih jenis tanaman sesuai selera atau hobi kita. Misalnya membuat hamparan rumput-rumputan, dipercantik dengan tanaman dalam pot (bonsai, adenium, anggrek, suplir, dan lainnya).
Untuk menghindari efek pemanasan global dan perubahan iklim baik mikro maupun makro perlu dilakukan melalui penghijauan terutama pada daerah daerah yang terbuka dan gersang. Selain dapat menghindari efek pemanasan global, gerakan penghijauan tersebut juga dapat menciptakan suhu yang relatif lebih sejuk dibandingkan tanpa penghijauan, juga mengurangi terjadinya perubahan kondisi cuaca secara drastis.

kita selamatkan bumi dengan arsitektur

Contoh Aplikasi (Penerapan) Green Architecture

APLIKASI GREEN ARCHITECTURE

KONSERVASI ENERGI

• Membatasi Penggunaan Air : -Pada toilet, menggunakan urinoar, tidak menggunakan bak air
• Pengurangan penggunaan lampu : – Memaksimalkan Bukaan Pada Bangunan,void pada atap bangunan
• Efesiensi energy pada Bangunan : – tidak menggunakan AC
– Memperbanyak ventilasi Alami, dan Cross Ventilation
– Mengurangi panas pada beberapa bangunan
– Penggunaan Green roof
Bekerja dengan Iklim dan Lingkungan Sekitar
• Memanfaatkan Orientasi Bangunan terhadap arah peredaran matahari (mengurangi radiasi panas)
• memanfaatkan Bayangan pada desain sebagai peneduh : – amphiteater, tempat duduk, kafe,dll
• Memanfaatkan pohon pada tapak untuk penempatan fungsi bangunan : parker, kafe, plaza
• Memasukan cahaya alami pada bangunan
• memanfaatkan air hujan untuk menyiram tanaman sekitar
Menghormati Lingkungan
• Berusaha memperbanyak daerah resapan air : penggunaan material paving block (plaza,parkir, jalur pedestrian,penggunaan greenroof,biopori,dll
• Mengurangi lantai bangunan yang menempel langsung ke tanah (penggunaan lapangan multifungsi,dll)
• Vegetasi dimanfaatkan semaksimal mungkin
• Pohon pelindung yang bermanfaat untuk melindungi dan meneduhi pedestrian maupun bangunan, menggunakan tanaman yang bertajuk lebar dan berdaun lebat, serta tidak mudah berguguran.
• Pohon peneduh untuk menciptakan suasana teduh dan sejuk serta tidak berkesan panas.
• Sebagai pengarah jalan atau sirkulasi.Pepohonan yang digunakan bervariasidari pohon-pohon peneduh yangbertajuk lebar dan berdaun lebat,tanaman penghias, rumput, lumut,semak, tanaman menjalar.
• Memilih penempatan masa bangunan

Meminimalisir Penggunaan Sumber Daya Baru

Penggunaan recycle material, seperti: kayu-kayu ,
Penggunaan material yang sustainable : bambu